Kamis, 30 Mei 2013

Dua Kali Selamat dari Tersedak

  
Oleh: Eddy Roesdiono

Kalau ada yang bertanya siapa saya harus berterimakasih karena dua kali menyelamatkan nyawa saya, dialah istri saya tercinta. Dua kali saya tersedak, dan dua kali pula ia membuat saya lolos dari maut. Yang pertama dengan teknik pukul punggung asal-asalan, yang kedua dengan teknik Heimlich Maneuver yang sama-sama pernah kami pelajari.

Kasus pertama terjadi 12 tahun lalu. Kala itu istri membawa pulang manisan coklat oleh-oleh bosnya dari Jepang. Coklat itu lembek, kental dan lekat. Saya makan coklat itu sambil asyik bekerja di depan komputer di kamar. Entah bagaimana cara saya makan coklat itu, tahu-tahu gumpalan coklat berhenti di kerongkongan, tak bisa turun dan tak bisa naik ke rongga mulut. 

Tentu saja saya tidak bisa tarik nafas. Kontan saya berdiri dan mencari istri di ruang makan. Saya berusaha tenang, dan memberi kode pada istri dengan menyilangkan tangan melintas leher; tanda bahwa saya tidak bisa bernafas. 

Melihat tanda itu plus mata saya yang mendelik, ia sigap. Ia pukul-pukul leher saya. Tapi salah titik pukul. Saya memberi kode agar ia memukul punggung atas. Dan istri saya lakukannya. Gumpalan coklat meluncur ke arah perut. Saya bisa bernafas kembali, setelah hampir melewati satu menit keputusasaan. Sejak itu, saya tak berani makan coklat lembek dan makanan yang memiliki daya lekat. 

Namun, sewaspada-waspadanya orang, saya lupa juga. Sekitar tujuh tahun lalu, saya balik dari kantor. Istri sedang mencuci mobil di garasi. Di meja makan saya dapati kue-kue ke­ring khas desa kiriman tetangga yang punya hajatan di desa. 

Lapar, saya raih sebongkah kue dan saya santap. Remah-remah kue kering ini menimbulkan gatal di tenggorok dan saya terbatuk. Ketika hendak menarik nafas, remahan-remahan kue menyumbat jalan nafas. Wuih! Saya tersedak lagi! Kali ini istri menggunakan metode yang benar. Ia pukul-pukul belahan tengah punggung atas saya dengan bilah bawah tangah kanan, dan kemudian ia rangkul saya sambil mendekapkan kedua tangan; dan ibu jari ditekan-tekan keras ke bentukan segitiga di bawah tulang dada. 

Tekanan kedua ibu jari ke atas berkali-kali itu sukses mendorong ke atas makanan yang menyumbat kerongkongan. Saya bisa bernafas lagi, dan masih bisa menghirup udara segar. Dua kali sudah istri saya dibimbing Tuhan menyelamatkan nyawa suaminya.

Pada kasus kedua, istri saya menggunakan teknik yang lebih benar, yakni Heimlich Maneuver, yang sama-sama pernah kami baca dan pelajari dari internet. Teknik ini layak dipelajari oleh siapa saja untuk membantu menyelamatkan orang lain yang tersedak. Tersedak adalah kecelakaan fatal akibat tersumbatnya saluran nafas karena makanan atau benda-benda lain yang tertelan. Benda-benda itu bisa saja benda rumahan atau mainan kecil (pada anak-anak), atau gigi palsu (pada orang dewasa).

Saya sarankan Anda dan anggota keluarga yang lain mempelajari teknik Heimlich Maneuver.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar