Oleh: Eddy Roesdiono
Kalau
ada yang bertanya siapa saya harus berterimakasih karena dua kali
menyelamatkan nyawa saya, dialah istri saya tercinta. Dua kali saya
tersedak, dan dua kali pula ia membuat saya lolos dari maut. Yang
pertama dengan teknik pukul punggung asal-asalan, yang kedua dengan
teknik Heimlich Maneuver yang sama-sama pernah kami pelajari.
Kasus
pertama terjadi 12 tahun lalu. Kala itu istri membawa pulang manisan
coklat oleh-oleh bosnya dari Jepang. Coklat itu lembek, kental dan
lekat. Saya makan coklat itu sambil asyik bekerja di depan komputer di
kamar. Entah bagaimana cara saya makan coklat itu, tahu-tahu gumpalan
coklat berhenti di kerongkongan, tak bisa turun dan tak bisa naik ke
rongga mulut.
Tentu
saja saya tidak bisa tarik nafas. Kontan saya berdiri dan mencari istri
di ruang makan. Saya berusaha tenang, dan memberi kode pada istri
dengan menyilangkan tangan melintas leher; tanda bahwa saya tidak bisa
bernafas.
Melihat
tanda itu plus mata saya yang mendelik, ia sigap. Ia pukul-pukul leher
saya. Tapi salah titik pukul. Saya memberi kode agar ia memukul punggung
atas. Dan istri saya lakukannya. Gumpalan coklat meluncur ke arah
perut. Saya bisa bernafas kembali, setelah hampir melewati satu menit
keputusasaan. Sejak itu, saya tak berani makan coklat lembek dan makanan
yang memiliki daya lekat.
Namun,
sewaspada-waspadanya orang, saya lupa juga. Sekitar tujuh tahun lalu,
saya balik dari kantor. Istri sedang mencuci mobil di garasi. Di meja
makan saya dapati kue-kue kering khas desa kiriman tetangga yang punya
hajatan di desa.
Lapar,
saya raih sebongkah kue dan saya santap. Remah-remah kue kering ini
menimbulkan gatal di tenggorok dan saya terbatuk. Ketika hendak menarik
nafas, remahan-remahan kue menyumbat jalan nafas. Wuih! Saya
tersedak lagi! Kali ini istri menggunakan metode yang benar. Ia
pukul-pukul belahan tengah punggung atas saya dengan bilah bawah tangah
kanan, dan kemudian ia rangkul saya sambil mendekapkan kedua tangan; dan
ibu jari ditekan-tekan keras ke bentukan segitiga di bawah tulang dada.
Tekanan
kedua ibu jari ke atas berkali-kali itu sukses mendorong ke atas
makanan yang menyumbat kerongkongan. Saya bisa bernafas lagi, dan masih
bisa menghirup udara segar. Dua kali sudah istri saya dibimbing Tuhan
menyelamatkan nyawa suaminya.
Pada
kasus kedua, istri saya menggunakan teknik yang lebih benar, yakni
Heimlich Maneuver, yang sama-sama pernah kami baca dan pelajari dari
internet. Teknik ini layak dipelajari oleh siapa saja untuk membantu
menyelamatkan orang lain yang tersedak. Tersedak adalah kecelakaan fatal
akibat tersumbatnya saluran nafas karena makanan atau benda-benda lain
yang tertelan. Benda-benda itu bisa saja benda rumahan atau mainan kecil
(pada anak-anak), atau gigi palsu (pada orang dewasa).
Saya sarankan Anda dan anggota keluarga yang lain mempelajari teknik Heimlich Maneuver.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar