بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
SALING MEMAAFKAN ITU INDAH…
.
Siapa pun kita pasti ada melakukan kesalahan, kekhilafan, dan kealpaan. Tak pelak, manusia itu pulalah yang menjadi tempat “bersemayamnya” kesalahan.
Tinggal lagi soal kualitas dan kuantitas
kesalahan itu sendiri. Soal kualitas, artinya menyangkut kadar atau
berat, dan soal kuantitas menyangkut banyak atau seringnya Ada pun
segala besaran kesalahan itu ada cara dan alamat penyesaiannya untuk
seseorang memperbaiki agama.
Walaupun Allah telah banyak menjelaskan
dalam firman- firman Nya, bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa
adalah memaafkan kesalahan orang lain, namun dalam prakteknya memaafkan
adalah bukan perkara yang mudah.
|
Masih ingatkah kita akan kisah Abu Bakar
As-Shiddiq yang pada suatu hari bersumpah untuk tidak lagi membantu
Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya?
Begitu berat kenyataan itu bagi beliau
karena Misthah bin Atsatsah telah ikut menyebarkan berita bohong tentang
putri beliau yaitu siti Aisyah. Tetapi Allah yang maha Rahman melarang
sikap Abu Bakar tersebut, sehingga turunlah ayat ke-22 dari surah
An-Nur.
“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan mem beri (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur: 22)
Ayat ini mengajarkan kepada kita agar
melakukan sebuah hal mulia kepada orang yang pernah berbuat dosa kepada
diri kita, yaitu memaafkan.Dan sebuah kemaafan masih belum sempurna
ketika masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara didalam hati
kita.
|
BERMAAF-MAAFAN adalah antara sifat terpuji yang perlu dilakukan sepanjang masa.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Dan perbuatan kamu bermaaf-maafan (halal-menghalalkan) lebih dekat kepada taqwa”. (Surah al-Baqarah, ayat 237)
Menurut Imam Al-Ghazali, pengertian maaf
itu ialah apabila anda mempunyai hak untuk membalas, lalu anda gugurkan
hak itu, dan bebaskan orang yang patut menerima balasan itu, dari hukum
qisas atau hukum denda.
Dalam sebuah hadis qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Nabi Musa telah bertanya kepada Allah, wahai Tuhanku!, manakah hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandanganMu?”
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya) dapat segera memaafkan.”
Daripada hadis itu, Allah menjelaskan
bahawa hamba yang mulia di sisi Allah adalah mereka yang berhati mulia,
bersikap lembut, mempunyai toleransi tinggi dan bertolak ansur terhadap
musuh.
Dia tidak bertindak membalas dendam atau sakit hati terhadap orang
yang memusuhinya, walaupun telah ditawannya, melainkan memaafkannya
karena Allah semata-mata. Orang yang seperti inilah yang dikenali
berhati emas, terpuji kedudukannya di sisi Allah. Memaafkan lawan di
mana kita berada dalam kemenangan, kita berkuasa, tetapi tidak dapat
bertindak sekehendak hati. Inilah sifat mulia dan terpuji.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Dan bersegeralah kamu kepada (mengerjakan amal yang baik untuk mendapat) keampunan daripada Tuhan kamu, dan mendapat syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang yang bertakwa.” (Surah Ali Imran, ayat 133-134)
Ayat itu membuktikan bahawa orang yang
menahan kemarahannya, termasuk dalam golongan Muttaqin iaitu orang yang
bertakwa kepada Allah. Tambahan pula Allah akan memberikan pengampunan
kepada mereka, lalu menyediakan mereka balasan syurga. Alangkah besar
dan hebatnya ganjaran bagi manusia pemaaf.
Mema’afkan dalam Islam
Memaafkan kesalahan seseorang adalah
tanda orang yang bertakwa. Wajib memberi maaf jika telah diminta dan
lebih baik lagi memaafkan meskipun tidak diminta.
Sifat ‘tak kenal maaf’ atau ‘tiada maaf bagimu’ adalah sifat syaitan.
Ia akan membawa keretakan dan kerusakan dalam pergaulan bermasyarakat.
Masyarakat aman damai akan terwujud jika anggota masyarakat itu memiliki
sikap pemaaf dan mengerti bahwa manusia tidak terlepas dari pada salah
dan alpa.
Imam Al-Ghazali memberi tiga panduan bagi memadamkan api kemarahan
dan melahirkan sifat pemaaf. Apabila marah hendaklah mengucap “A’uzubillahiminassyaitanirrajim” (aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang direjam).
Apabila marah itu muncul ketika berdiri, maka hendaklah segera duduk,
jika duduk hendaklah segera berbaring. Orang yang sedang marah, sunat
baginya mengambil wuduk dengan air yang dingin. Hal ini kerana kemarahan
itu berpunca daripada api, manakala api itu tidak boleh dipadamkan
melainkan dengan air.
|
Mudah memaafkan, penyayang terhadap
sesama Muslim dan lapang dada terhadap kesalahan orang merupakan amal
shaleh yang keutamaannya besar dan sangat dianjurkan dalam Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh. [al-A’raf/7:199]
Dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla berfirman.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. [Ali Imran/3:159]
Bahkan sifat ini termasuk ciri hamba Allah Azza wa Jalla yang bertakwa kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya.
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [Ali-Imran/3:134]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
secara khsusus menggambarkan besarnya keutamaan dan pahala sifat mudah
memaafkan di sisi Allah Azza wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat)”
Arti bertambahnya kemuliaan orang yang
pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati
manusian karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di
akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah Azza
wa Jalla.
|
Sepasang suami istri yg sedang berjalan
melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar &
suaminya menghardik istrinya dgn sangat keras….
Istri yang kena hardik, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis di Atas Pasir :
” HARI INI SUAMIKU MENYAKITI HATIKU “
Mereka terus berjalan, sampai menemukan oasis dimana mereka memutuskan untuk mandi.
Si Istri, mencoba berenang namun nyaris
tenggelam, namun pada akhirnya berhasil diselamatkan Suaminya. Ketika
sang istri mulai siuman & rasa takutnya hilang, dia menulis di
Sebuah Batu :
” HARI INI SUAMIKU YANG BAIK MENYELAMATKAN NYAWAKU”
Suami bertanya :
“Kenapa setelah aku melukai hatimu, kamu menulisnya di Atas Pasir & sekarang kamu menulisnya di Atas Batu?”
Istrinya menjawab :
“Saya menulis di Atas Pasir agar angin maaf datang berhembus & menghapus tulisan itu…
Dan bila sesuatu hal baik diperbuat suamiku, aku harus memahatnya di Atas Batu, agar tidak bisa hilang tertiup angin.
BELAJARLAH
UNTUK SELALU BISA MENULIS KESALAHAN SESEORANG DI ATAS PASIR, AGAR ANGIN
MAAF DATANG BERHEMBUS & MENGHAPUS TULISAN ITU.
Karena Terkadang 10 kebaikan seseorang
bisa terlupakan hanya karena 1 kesalahan. Padahal manusia itu tidak ada
yang sempurna & semua orang itu pasti pernah melakukan kesalahan.
Belajarlah untuk bisa saling memaafkan,
karena Allah saja selalu memaafkan kesalahan hambanya, kenapa kita tidak
bisa memaafkan kesalahan orang lain.
|
Belajarlah untuk selalu mengingat kebaikan orang lain
walaupun kebaikan itu hanya sebutir beras
Belajarlah untuk memahami perbedaan &
berani menerima perbedaan dalam hidupmu.
Karena semua manusia pasti berbeda & tidak ada manusia yang sempurna
|
Menembus Kabut
sayang….
kidungmu begitu indah
tawarkan rembulan di malam purnama
kupetik rindu di dawai cinta tersembul diantara gelapnya malam
merengkuh dalam bayang samarnya asmara
jika janji adalah sebuah prasasti
biarkan abadi menagih waktu yang terpatri
kidungmu begitu indah
tawarkan rembulan di malam purnama
kupetik rindu di dawai cinta tersembul diantara gelapnya malam
merengkuh dalam bayang samarnya asmara
jika janji adalah sebuah prasasti
biarkan abadi menagih waktu yang terpatri
ahhhhh….
waktu hanya bisa merangkai dentang di kilas masa lalu
lalu melagukan kidung tanpa irama diera kekinian
tak mampu melukis bayang dihari mendatang
waktu hanya bisa merangkai dentang di kilas masa lalu
lalu melagukan kidung tanpa irama diera kekinian
tak mampu melukis bayang dihari mendatang
jika bayang adalah semunya diri yg menaung
pastikan dia menari diatas cahaya tanpa gaung
lalu hilang dalam kegelapan
pastikan dia menari diatas cahaya tanpa gaung
lalu hilang dalam kegelapan
sayang….
aku bukan gelap yang mencuri mimpi cakrawala semesta
pun bukan cahaya lamuri sepi di malam yg renta
aku hanya senyap yang coba berisik dalam senja
berbisik tentang sebuah mimpi
di tidurku yang resah
aku bukan gelap yang mencuri mimpi cakrawala semesta
pun bukan cahaya lamuri sepi di malam yg renta
aku hanya senyap yang coba berisik dalam senja
berbisik tentang sebuah mimpi
di tidurku yang resah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar